
Setiap manusia tentu mengharapkan rezeki yang lancar, cukup, dan membawa ketenangan hidup. Namun dalam kenyataannya, tidak sedikit orang yang merasa rezekinya seret, usaha terasa berat, penghasilan pas-pasan, atau kebutuhan selalu lebih besar daripada pemasukan. Kondisi ini sering memunculkan pertanyaan: apa penyebab rezeki seret menurut Islam?
Islam memandang rezeki bukan sekadar persoalan materi, tetapi berkaitan erat dengan keimanan, ketakwaan, dan hubungan seorang hamba dengan Allah SWT. Al-Qur’an dan hadis menjelaskan bahwa kelapangan dan kesempitan rezeki mengandung hikmah serta dapat menjadi ujian bagi manusia. Artikel ini akan membahas secara lengkap tentang rezeki seret menurut Islam, penyebabnya, serta solusi yang diajarkan dalam ajaran Islam.
Dalam Islam, rezeki mencakup segala bentuk karunia Allah SWT, baik berupa harta, kesehatan, keluarga, ilmu, maupun ketenangan hati. Rezeki bukan hanya tentang banyaknya harta, tetapi juga keberkahannya.
Allah SWT berfirman:
“Dan tidak ada suatu makhluk melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.”
(QS. Hud: 6)
Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT telah menjamin rezeki setiap makhluk-Nya. Namun, jaminan tersebut tidak selalu berarti rezeki yang melimpah secara materi, melainkan sesuai dengan hikmah dan ketentuan Allah.
Rezeki seret menurut Islam bukan berarti Allah tidak memberi rezeki, melainkan rezeki terasa sempit, tidak berkah, atau tidak membawa ketenangan. Seseorang bisa memiliki penghasilan besar, tetapi selalu merasa kurang dan gelisah. Sebaliknya, ada yang penghasilannya sederhana namun hidupnya tenang dan cukup.
Hal ini menunjukkan bahwa keberkahan rezeki lebih penting daripada jumlahnya.
Salah satu penyebab utama rezeki terasa seret adalah kurangnya ketakwaan. Allah SWT menjanjikan rezeki yang lapang bagi orang-orang yang bertakwa.
Allah SWT berfirman:
“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
(QS. At-Talaq: 2–3)
Ayat ini menunjukkan bahwa ketakwaan adalah kunci kelapangan rezeki.
Sholat merupakan tiang agama dan sumber keberkahan hidup. Meninggalkan atau meremehkan sholat dapat menyebabkan keberkahan rezeki dicabut.
Rasulullah SAW bersabda:
“Perjanjian antara kami dan mereka adalah sholat. Barang siapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah kafir.”
(HR. Tirmidzi)
Sholat yang terjaga akan menjaga kehidupan, termasuk urusan rezeki.
Dosa dan maksiat dapat menjadi penghalang datangnya rezeki. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya seseorang terhalang dari rezeki karena dosa yang ia lakukan.”
(HR. Ahmad)
Maksiat tidak hanya merusak hati, tetapi juga menghilangkan keberkahan hidup.
Harta yang diperoleh dengan cara haram atau syubhat akan menghilangkan keberkahan, meskipun jumlahnya banyak.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah itu Mahabaik dan tidak menerima kecuali yang baik.”
(HR. Muslim)
Rezeki halal adalah syarat utama keberkahan.
Tidak bersyukur dapat menyebabkan nikmat dicabut atau terasa sempit.
Allah SWT berfirman:
“Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu kufur, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
(QS. Ibrahim: 7)
Syukur membuka pintu rezeki, sementara kufur nikmat menutupnya.
Sedekah adalah salah satu kunci kelancaran rezeki. Enggan berbagi justru membuat rezeki terasa sempit.
Rasulullah SAW bersabda:
“Harta tidak akan berkurang karena sedekah.”
(HR. Muslim)
Sedekah membersihkan harta dan menarik keberkahan.
Istighfar membuka pintu rezeki dan ampunan Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan melimpahkan rezeki kepadamu.”
(QS. Nuh: 10–12)
Menjaga sholat tepat waktu dan memperbaiki kualitas ibadah adalah langkah utama memperbaiki kondisi rezeki.
Sedekah kepada fakir miskin, anak yatim, dan dhuafa adalah cara efektif membuka pintu rezeki dan keberkahan.
Doa adalah senjata orang beriman. Mintalah rezeki yang halal dan berkah dengan penuh keyakinan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan.”
(HR. Tirmidzi)
Silaturahmi dapat melapangkan rezeki dan memanjangkan umur.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung silaturahmi.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Rezeki yang terasa seret bisa menjadi ujian keimanan, sarana introspeksi diri, dan cara Allah mendekatkan hamba-Nya kepada-Nya. Dalam setiap kesempitan terdapat pelajaran dan peluang untuk memperbaiki diri
Rezeki seret menurut Islam bukanlah tanda kebencian Allah, melainkan peringatan dan ujian agar manusia kembali kepada-Nya. Dengan memperbaiki iman, ibadah, akhlak, serta memperbanyak sedekah dan istighfar, insyaAllah pintu rezeki akan kembali dibukakan. Rezeki yang berkah adalah rezeki yang membawa ketenangan, bukan sekadar angka.